Sedetik mengingatmu. Waktu yang sangat panjang jika teringat lagi tentangmu.
Sedetik mengingatmu. Waktu yang bisa buatku menangis sepanjang malam.
Sedetik mengingatmu. Waktu yang singkat yang bisa buatku tersenyum kecut.
Kenapa tega ?
Pertanyaan yang selalu muncul saat detik ku terjatuh. Sampai sekarang pun aku tak tau, apa yang terjadi padamu. Aku sangat mengenalmu (dulu), tapi sejak saat itu, kau bukan dirimu. Aku tak lagi mengenalmu, tak lagi mengerti bagaimana kamu, yang aku kenal hanya sebatas namamu. Entah apa yang bisa buatmu berubah sedemikian berbeda. Seperti bukan dirimu.
Aku memang bukan orang yang menemanimu semenjak kau lahir. Aku memang baru mengenalmu. Tapi bersamamu selama 1 tahun lebih, sekiranya sudah cukup bagiku untuk mengenal dirimu, siapa kamu dan bagaimana kamu. Maaf jika aku sok tau. Tapi, tentu aku takkan pernah tau jika semua itu palsu atau benar. Apa perubahan ini sifat aslimu ? Apa selama bersamaku hanya kau tunjukkan sisi palsumu ? Entahlah.
Aku tak ingin bernegosiasi denganmu lagi. Aku tak ingin menyalahkanmu lagi tentang alur cerita ini. Aku takkan menyesali pertemuan ataupun perpisahan ini.
Tentu bukan hakku untuk menghujat atau menyalahkanmu. Tentu bukan ruangku untuk menumpahkan semua rasa kecewaku terhadapmu.
Tentu aku bersyukur kita pernah bertemu, karna saat bertemu denganmu, kamu yang mengobati sakit hatiku. Tentu aku bersyukur atas waktu bersamamu, karna saat kita bersama, kau pernah beriku bahagia, kau pernah buatku tertawa, kau pernah buatku menjadi orang yang benar benar mengagumimu. Tentu aku bersyukur atas perpisahan ini, karna dengan perpisahan ini aku bisa menjadi wanita yang mandiri, wanita yang kuat dan tentu karna perpisahan ini pula aku bisa dekat dengan Tuhanku, yang sempat menjauh karna terlalu asyik mencintaimu.
Sudah kuterima alur cerita ini. Sudah kumaafkan meskipun tak kau minta. Sudah kumaklumi ketidaksempurnaanmu, tentu aku tak bisa menyalahkan ketidaksempurnaan, karna akupun tak sempurna. Sudah kulupakan semua kealpaanmu padaku. Takkan pernah kusesali aku pernah bersamamu. Biarpun perasaan ini masih ada, tentu perasaan ini berbeda. Hanya rasa ingin menjadikanmu sebagai sahabat terbaik saja, meskipun tak kau terima permintaan persahabatan ini, tak apa. Mungkin kamu belum melupakan kealpaanku. Tentu kamu butuh waktu, aku bisa menunggu :)
Jika Tuhanku menjatuhkanku di detik ini lagi . . . tentu aku takkan pernah membenci atau mengungkit kesalahanmu, bahkan takkan kecewa padamu. Karna aku berfikir, kamu dijadikan alat oleh Tuhan, sebagai penguji kekuatan imanku :)
Doa terbaikku menyertaimu. Aamiin.
Barakallah ^^